23 research outputs found

    PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP KANDUNGAN ZAT GIZI IKAN LELE YANG DIPELIHARA DENGAN TEKNOLOGI BIOFLOK

    Get PDF
    This study aims to determine the effect of stocking density on the nutrient content of catfish that is cared with biofloc technology. Nutrients observed: 1) water content, 2) protein, 3) carbohydrates, 4) total fat, 5) saturated fatty acids / SFA, 6) monounsaturated fatty acids/ MUFA, 7) plural unsaturated fatty acids / PUFA , 8) omega-3, 9) omega-6, and 10) omega 9. Statistical tests on the 10 variables showed that stocking density did not have a significant effect on the 10 variables at a 5% confidence interval. Stocking density of treatment is 1000 heads/pond (T1), 2000 heads/pond (T2), 3000 heads/pond (T3), with a pond size of 2.0 m x height 1.0 m. Research results: 1. The average water content is 69.40–71.47% and the highest T3. 2. The protein content is 14.70-15.90%, the highest T2. 3. Carbohydrate content of 5.16-5.50%, the highest T2. 4. The average total fat content of 6.73-7.78%, the highest T1. 5. SFA content is around 43%, PUFA around 23%, and MUFA around 32%. 6. The highest omega-3 content is T3, then T1, and T2. Omega-6 and 9 sequence contents are T1, T2, and T3. It was concluded, the treatment of biofloc catfish stocking densities at a 5% confidence interval did not have a significant effect on the specified nutrient content. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh padat tebar terhadap kandungan zat gizi ikan lele yang dipelihara dengan teknologi bioflok. Zat gizi yang diamati: 1) kandungan air, 2) protein, 3) karbohidrat, 4) lemak total, 5) asam lemak jenuh/SFA, 6) asam lemak tak jenuh tunggal/MUFA, 7) asam lemak tak jenuh jamak/PUFA, 8) omega-3, 9) omega 6, dan 10) omega 9. Uji statistik terhadap ke-10 variabel menunjukkan padat tebar tidak memberikan pengaruh nyata terhadap ke-10 variabel pada selang kepercayaan 5%.  Padat tebar perlakuan adalah 1000 ekor/kolam (T1),  2000 ekor/kolam (T2), 3000 ekor/kolam (T3), dengan ukuran kolam diameter 2,0 m x tinggi 1,0 m. Hasil penelitian: 1. Rata-rata kandungan air 69,40–71,47% dan T3 tertinggi. 2. Kandungan protein 14,70–15,90%, T2 tertinggi. 3. Kandungan karbohidrat 5,16–5,50%, T2 tertinggi. 4. Rata-rata kandungan lemak total 6,73–7,98%, T1 tertinggi. 5. Kandungan SFA sekitar 43%, PUFA sekitar 23%, dan MUFA sekitar 32%. 6. Kandungan omega-3 tertinggi T3, kemudian T1, dan T2. Omega-6 dan 9 urutan kandungannya T1, T2, dan T3.  Disimpulkan, perlakuan padat tebar lele bioflok pada selang kepercayaan 5% tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan zat gizi yang ditentukan

    Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan

    Get PDF
    Kebiasaan makan merupakan tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan makanan. Kebiasaan makan yang tidak sesuai dengan kaidah sehat dapat mengakibatkan berbagai macam gangguan kesehatan. Kebiasaan makan yang tidak sehat dalam memilih jenis makanan juga dapat berdampak pada masalah kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas. Kebiasaan makan masyarakat dengan susunan hidangannya merupakan manifestasi dari kebudayaan masyarakat yang disebut lifestyle atau gaya hidup. Kebiasaan makan menunjukkan keanekaragaman konsumsi yang cukup bervariasi. Terkait dengan gaya hidup perkotaan (urban lifestyle) dalam hal makanan sehat, tulisan ini bertujuan membahas pola konsumsi masyarakat perkotaan, serta kaitannya dengan kesehatan masyarakat

    Praktikum Prinsip Teknik Pangan

    Get PDF

    Smart City Mandiri Pangan

    Get PDF
    Smart environment dan smart living merupakan dua dari enam karakteristik smart city. Smart environment terkait antara lain dengan pemanfaatan lahan dengan bijak, efisiensi energi dan pemanfaatan energi terbarukan; sementara smart living terkait antara lain dengan kualitas kesehatan dan keamanan individu (Yusiardi, 2015). Kemandirian pangan, baik bagi masyarakat perkotaan maupun perdesaan, merupakan hal yang sangat penting. Hal ini salah satunya dapat dilakukan melalui pertanian perkotaan yang dilakukan baik secara horizontal maupun vertikal. Bila hal ini dilakukan secara sadar dan terampil oleh masyarakat perkotaan dan perdesaan dan hasilnya bermanfaat, baik dari segi pemanfaatan lahan secara efektif dan efisien, maupun peningkatan kualitas kesehatan dan keamanan individu masyarakat, maka pertanian perkotaan merupakan salah satu solusi dalam meningkatkan ketahanan pangan yang sangat dibutuhkan oleh smart city

    Satuan Operasi Industri Pangan

    Get PDF

    Analisa Proksimat Beras dari Kasepuhan Halimun

    Get PDF
    Varietas padi yang dikumpulkan dan dibudidayakan sendiri oleh masyarakat Kasepuhan Halimun adalah 148 varietas. Varietas yang diteliti kandungan gi:inya pada penelitian kali ini adalah 7 varieras, sesuai dengan varieras yang diberikan oleh masyarakat Kasepuhan Halimun. Ketujuh variecas tersebut adalah Tampey, Badigal Huma, Badigal Sawah Hcrwara, Tampey Hitam, Maliwarna, Loyor. dan Raja Denok dengan umur panen 4,5 - 6 bulan. Empat varietas padi menghasilkan beras berwarna putih yaitu Tampey, Badigal Huma, Tampey Hitam dan Raja Denok. Tiga varietas padi menghasilkan beras berwarna merah yaitu Badigal Sawah Hawara, Maliwarna dan Loyor. Kadar air beras dari Kasepuhan Halimun berkisar antara 11,442% hingga 13,9017% ; kadar karbohidrat 77,6826% hingga 80,1566% ; kadar amilosa 16,495% hingga 21,14%; kadar protein 5.9086% hingga 9,0659%; kadar lemak 0,3254% hingga 1.1472% dan kadar abu 0,4857% hingga 1,1461%

    Pembuatan Flakes Kuartet Mixed Talas Belitung - Kecambah - Kacang Hijau - Kecambah Kacang Tolo - Bekatul Sebagai Alternatif Produk Sarapan Untuk Anak Usia Sekolah Dasar

    Get PDF
    Ragam hayati tanaman umbi-umbian di Indonesia sangat banyak, tetapi hanya beberapa jenis saja yang dibudidayakan secara intensif. Umbi-umbian memegang peranan yang sangat penting bagi masyarakat di bagian timur Indonesia sebagai cadangan makanan yang dapat menyelamatkan dari kelaparan. Talas belitung adalah jenis umbi yang pemanfaatannya masih sang at terbatas. Pemanfaatan talas belitung dalam bentuk flakes sarapan pagi diharapkan mampu meningkatkan nilai ekonomis dan memberikan alternatif pangan olahan berbasis bahan baku pangan lokal. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik fisik dan kimia tepung talas belitung, tepung kecambah kacang hijau, tepung kecambah kacang tolo dan bekatul sangrai ; mendapatkan formulasi flakes talas belitung dengan metode Pearson's Square dan mengetahui flakes yang paling disukai panelis. Produk flakes yang dibuat dari 8% tepung bekatul dan perbandingan tepung kecambah kacang hijau dan kacang tolo sebesar 2 : 1 merupakan produk yang paling disukai panelis. Peningkatan persentase penggunaan tepung bekatul akan menghasilkan flakes dengan warna yang semakin gelap

    Pengembangan Pengolahan Ikan Kembung Picungan Menjadi Lauk Siap Konsumsi

    Get PDF
    Produk pangan yang dijadikan sebagai bahan lauk siap konsumsi adalah ikan kembung picungan. Terdapat dua alasan penggunaan ikan kembung picungan, pertama: citarasanya dan kedua: lokasi produksinya. Citarasa ikan kembung picungan khas karena penggunaan biji picung muda selama proses fermentasi, yang selanjutnya memunculkan flavor yang spesifik. Lokasi produksinya juga khas karena hanya dapat ditemukan di Provinsi Banten, tepatnya di daerah Labuhan dan Saketi di Kabupaten Pandeglang dan daerah Binuangen di Kabupaten Lebak. Sejauh ini, ikan kembung picungan hanya dapat ditemukan di pasar-pasar tradisional di sekitar lokasi produksi sehingga konsumen termasuk wisatawan sulit menjangkaunya. Kalau pun mereka sampai di lokasi tersebut, produk yang ada tidak dapat langsung dicicipi karena masih mentah. Karena kondisi itulah, penelitian ini dilakukan guna mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini dlakukan dengan mengolah lebih lanjut ikan kembung picungan menjadi makanan siap konsumsi. Akan tetapi, mengingat rasanya yang agak asin-masam, produk pangan ini lebih sesuai dijadikan sebagai lauk daripada dikonsumsi begitu saja. Kemudian, agar praktis produk pangan ini dibuat dalam bentuk serbuk. Selanjutnya, untuk memenuhi selera konsumen produk ini dimatangkan dengan dioven dan digoreng, dan dengan berbagai ukuran serbuk mulai dari yang kasar sampai yang halus. Karena produk pangan ini dibuat untuk memenuhi selera konsumen, sedangkan selera konsumen beragam maka muncul permasalahan, yaitu ketika ikan kembung picungan dijadikan sebagai pangan yang siap konsumsi, kita belum tahu bentuk olahan dan sajian yang paling memenuhi tuntutan selera tersebut. Selain itu, jenis kemasan dan cara penyimpanan juga belum diketahui. Untuk itulah penelitian ini dilakukan. Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan cara pengolahan, kombinasi cara mengolah dan ukuran serbuk yang paling disukai konsumen, kombinasi cara mengemas dan penyimpanan yang paling unggul. Hasil yang diperoleh dari penelitian pendahuluan untuk pembuatan ikan kembung picungan adalah: (1) perbandingn garam : biji picung = 1 : 2 berdasarkan berat; (2) proporsi campuran garam dan buah picung untuk tiap ikan adalah 4% berdasarkan berat; dan (3) lama fermentasi 12 jam. Ada pun untuk penentuan kadar cabe, yang paling disukai oleh panelis adalah 0.6% dari berat ikan kembung picungan. Hasil yang diperoleh dari penelitian utama menunjukkan bahwa rata-rata score penilaian uji hedonik/kesukaan terhadap kriteria mutu memberikan hasil yang semakin tinggi dengan semakin halusnya serbuk (semakin kecilnya diameter serbuk). Dengan mempertimbangkan hasil uji Kruskal Wallis yang menunjukkan perbedaan nilai organoleptik yang sangat nyata (taraf kesalahan 1%), maka ukuran(diameter) serbuk ikan kembung picungan yang paling disukai konsumen atau yang paling unggul, baik yang dimasak dengan cara dioven atau pun digoreng adalah 0.5 mm. Kemasan yang paling unggul adalah plastik divakum dan alumunium foil, namun lebih mudah menggunakan alumunium foil karena memvakum kemasan pangan berisi pangan dalam bentuk serbuk relatif sukar dilakukan. Penyimpanan yang paling unggul adalah pada ruangan ber-AC dan display berpendingin, namun lebih baik pada ruangan ber-AC karena serbuk ikan kembung picungan yang disimpan pada display berpendingin cenderung menjadi liat

    Penyuluhan Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Siswa SDN Pengasinan 1,Sawangan, Depok

    Get PDF
    The purpose of Community Service (PKM)activities is to provide knowledge about snacks security, how to detect food additive,s formalin, borax, nutrients, and the effects of snacks on children's health. The target of this activity is grade 4, 5, and teachers of Elementary School, Pengasinan 01, Jl. Raya Pengasinan, Pengasinan District, Depok City. The variety of snacks sold are light snacks in packs, cilok, meatballs, cubit cakes, pancong cakes, crispy krepes, various breads, various fried products, various drinks either in packaging or made directly by the seller. There are snacks that are less healthy when viewed from color and unhealthy snacks that cause anemia and other diseases. The strategies used in this activity include counseling and the practice of detecting food security; extension of the effect of snacks on student health. The result of this activity is an increase in the knowledge and awareness of students and teachers about the safety of snacks and canteen needs to be made
    corecore